RADARCIAMIS.COM – Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan rasa prihatin mendalam atas dugaan kasus siswa keracunan di Tasikmalaya dan Bandung dalam pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Salah satu insiden terbaru dilaporkan terjadi di lingkungan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Tasikmalaya pada Kamis 1 Mei 2025.
Dalam keterangan resmi yang disampaikan melalui Biro Hukum dan Humas BGN, Kepala BGN Dadan Hindayana menegaskan pihaknya saat ini tengah mengambil langkah cepat dan komprehensif guna menelusuri penyebab kejadian tersebut.
Merespons kemunculan kasus serupa di beberapa daerah, BGN menyatakan keseriusannya dalam menelusuri akar masalah dan melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
BACA JUGA: Innalillahi, 400 Siswa Keracunan di Tasikmalaya Usai Konsumsi MBG, Begini Tanggapan Kadisdik
BACA JUGA: Tabel KUR BCA 2025 Lengkap, Cicilan Ringan Mulai Rp200 Ribuan Maksimal Pinjaman Hingga Rp500 Juta
BGN juga menyoroti pentingnya kerja sama antarpemangku kepentingan —meliputi pihak sekolah, tenaga gizi, pemasok bahan pangan dan lembaga pengawasan mutu— untuk memastikan seluruh tahapan penyediaan MBG dari pemilihan bahan baku hingga distribusi, sesuai dengan standar keamanan pangan.
Menurut Kepala SPPG Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Michael Julius Tobing, seluruh prosedur penanganan bahan makanan telah dijalankan secara cermat.
Setiap komponen menu seperti tahu, ayam, beras, sayuran dan kentang telah melewati pengecekan kualitas sebelum diolah.
Uji awal yang dilakukan tim gizi internal menunjukkan makanan dalam kondisi layak konsumsi sebelum disalurkan ke penerima manfaat.
BACA JUGA: Program MBG Diusulkan Dihentikan Sementara Menyusul Dugaan Keracunan Massal 400 Siswa
BACA JUGA: Cara Mendapatkan Saldo DANA Gratis dari Google Lewat Pemendek Tautan yang Terbukti Membayar
Dadan Hindayana memastikan semua proses, baik pengolahan maupun distribusi, telah mengikuti standar operasional yang berlaku.
Namun, investigasi lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk mengidentifikasi titik kritis yang mungkin menjadi sumber masalah.
Laporan serupa juga diterima dari wilayah SPPG di Bandung, tepatnya di Kecamatan Coblong.