Lokasi Baru Parkir Bus Wisata di Pangandaran Selama Pasar Wisata Dirobohkan

Lokasi Baru Parkir Bus Wisata di Pangandaran Selama Pasar Wisata Dirobohkan

Lapangan Ketapang Doyong menjadi lokasi baru parkir bus wisata di Pangandaran selama berlangsungnya pembongkaran Pasar Wisata.-Deni Nurdiansah/Radartasik.id-

BACA JUGA: Pemotor di Tasikmalaya Tiba-Tiba Hentikan Motor, Duduk, Muntah, Pingsan, Meninggal Dunia

Jejak Pasar Wisata Pangandaran

Pasar Wisata Pangandaran mulai dibangun pada tahun 2001. Tujuannya jelas. Menjadi pusat perdagangan kuliner, pakaian dan kerajinan khas daerah.

Lokasinya pun strategis. Tak jauh dari kawasan pantai yang ramai dikunjungi wisatawan.

Namun, perjalanan pasar ini tak sesuai harapan. Seiring waktu, fungsi kios mulai bergeser. Beberapa diubah menjadi salon dan kafe. Ada pula yang dijadikan tempat tinggal dan kos-kosan. Aktivitas dagang makin menurun.

BACA JUGA: Garuda Calling! Ragnar Oratmangoen dan Elkan Baggott Kemana? Sayuri Bersaudara Gantikan Slot Siapa?

Kini hanya sedikit kios yang masih beroperasi sebagai tempat berjualan. Sebagian besar lainnya terbengkalai. Beberapa tak berpenghuni. Penampilan pasar menjadi kumuh. Kehilangan daya tariknya sebagai pusat wisata belanja.

Jeje Wiradinata, Bupati Pangandaran dua periode, menjadi salah satu tokoh yang terlibat sejak awal pembangunan pasar.

Dia menyebut dirinya sebagai saksi sejarah. Pada tahun 2000-2001, saat proyek dimulai, Jeje masih menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Ciamis.

Kala itu, ia diminta bergabung sebagai Dewan Pengarah Inovator dan Mediator pembangunan pasar. 

BACA JUGA: Full Senyum! Pekan Depan Uang Ganti Rugi Tol Getaci Akan Cair Lagi

Tujuan dari proyek tersebut adalah menyediakan tempat dagang yang tertata. Harapannya, area pantai tetap bersih dari pedagang kaki lima.

Namun, Jeje mengaku tak sejalan dengan konsep itu sejak awal. Menurutnya, pasar idealnya berada dekat dengan masyarakat dan pengunjung. Lokasi yang terlalu jauh dari keramaian membuat minat beli menurun drastis.

Pembangunan pasar ini dibiayai dengan pinjaman dari lembaga keuangan dan Kementerian Keuangan. Pedagang diberi kewajiban mencicil pembayaran kios.

Sayangnya, karena dagangan tak laku, banyak pedagang memilih kembali berjualan di area pantai. Alhasil, cicilan pun macet.

Sumber: